PROPOSAL PENELITIAN
PENGARUH
MEDIA PEMBIBITAN PUPUK KOMPOS JERAMI
TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SETEK TEH (Camellia
sinensis )
KLON
GAMBUNG 7
Disusun Oleh :
BAYU PURNAMA
( 12.05.0074 )
HERMAWAN
( 12.05.0088 )
IRFAN FIRMANSYAH
( 12.05.0090)
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN
PERKEBUNAN
DIPLOMA IV
POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA
2014
BAB I
1.1.PENDAHULUAN
Tanaman teh merupakan tumbuhan berdaun
hijau yang termasuk dalam keluarga Camellia yang berasal dari cina,tibet, dan
india bagian utara.Perbanyakan tanaman teh dapat dilakuakan secara generatif
melalui biji/benih dan secara vegetatif. Benih diambil dari kebun benih. Benih
yang baik tidak terserang kepik biji dan berukuran besar. Selain dengan benih,
tanan teh juga dapat diperbanyak dengan setek. Perbanyakan tanaman mengunakan stek
merupakan suatu terobosan pengadaan bibit tanaman teh yang saat ini sangat baik
dalam perkembangannya sehinga kita menginginkan suatu hasil yang cepat dan
baik.
Jerami yaitu batang
padi yang bisas kita manfaatkan untuk bahan baku kompos yang dimana kita bisa
kita manfaatkan dalam pembibitan stek ini. Jerami yang selama ini hanya dibakar
saja oleh petani menyimpan potensi besar sebagai pupuk organik. Jerami padi
diolah menjadi kompos dengan cara yang mudah dan murah. Kandungan hara dalam
kompos jerami cukup besar dan bisa memenuhi kurang lebih setengah dari
kebutuhan pupuk petani. Kompos jerami memiliki potensi hara dan nilai ekonomi
yang sangat besar.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI) tahun 2007. kandungan
hara kompos jerami adalah sebagai berikut:komposRasio C/N18.88, C- organik 35.11%, N 1.86%, P2O5 0.21%, K2O5.35%, Kadar air 55%. Dari data analisa, kompos
jerami memiliki kandungan hara setara dengan 41,3 kg Urea, 5.8 kg SP36, dan
89,17 kg KCl per ton kompos atau total 136,27 kg NPK per ton kompos kering
menurut Kim dan Dale (2004)potensi jerami kurang lebih adalah 1,4
kali dari hasil panennya. Jadi kalau panennya (GKG) sekitar 6 ton per ha,
jeraminya tinggal dikali dengan 1,4 yaitu 8,4 ton jerami per ha. Jika jerami
ini dibuat kompos dan rendemen komposnya adalah 60%, maka dalam satu ha sawah
dapat dihasilkan 5,04 ton kompos jerami padi. Berarti dalam satu ha sawah
akan menghasilkan 208,15 kg urea, 29,23 kg SP36, 449,42 KCl atau total 686,80
NPK dari kompos jerami padinya.
Jumlah hara ini kurang lebih dapat
memenuhi lebih dari setengah kebutuhan pupuk kimia petani. Di tingkat nasional,
potensi nilai hara dari kompos jerami adalah setara dengan 1,09 juta ton Urea,
0,15 juta ton SP36, dan 2,35 juta ton KCl atau total 3,6 juta ton NPK. Jumlah
ini kurang lebih 45% dari konsumsi pupuk nasional yang mencapai 7,9 juta ton pada
tahun 2007, ( APPI, 2009 ).
1.3.RUMUSAN
MASALAH
a.
Melihat
pengaruh pemberian pupuk jerami yang diberikan terhadap pertumbuhan tanaman?
b.
Efektifitas
pengaruh media pada pertumbuhan tanaman?
c.
Perkembangan
hama dan penyakit pada tanaman?
1.4.TUJUAN DAN
MANFAAT
a.
Dapat
mengurangi biaya pemupukan.
b.
Mengurangi
penggunaan pupuk kimia terhadap pembibitan setek Teh.
c.
Mengurangi
pencemaran lingkungan terhadap penggunaan pupuk – pupuk kimia
d.
Mengurangi
dampak serangan penyakit dan hama pada pembibitan tersebut.
e.
Memperbaiki
sifat fisik dan kimia tanah
1.2.HIPOTESIS
Pupuk jerami
yang diberikan akan berpengaruh terhadap penambahan bahan organik dan
pertumbuhan tanaman..
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman teh tergolong tanaman perdu,
karena mengalami pemangkasan yang teratur maka tanaman teh hasil budidaya
mempunyai percabangan yang banyak dan melebar. Apabila dibiarkan tumbuh tanpa
pemangkasan. Tanaman teh dapat tumbuh mencapai tinggi 10-15 m pada varitas
assamica dan 3-6 m pada varritas sinensis.
Sistem
perakaran teh adalah akar tunggang. Pada tanaman teh yang diperbanyak melalui
stek, akar tunggang tidak tumbuh tetapi yang tumbuh adalah akar serabut. Selain
berfungsi sebagai penyerap air dan hara, akar tanaman teh juga berfungsi
sebagai organ penyimpan cadangan makanan yang besar manfaatnya terutama setelah
tanaman dipangkas. Perkembangan akar serabut teh dapat mencapai kedalaman 40 cm
pada tanaman dewasa, tetapi perkembangan paling aktif da banyak adalah mulai
permukaan tanah sampai kedalaman 10 cm.
Daun
teh merupakan daun tunggal. Helai daun berbentuk lanset dengan ujung meruncing
dan bertulang menyirip. Tepi daun lancip atau bergerigi. Daun tua licin di
kedua permukaannya sedangkan pada daun muda bagian bawahnya terdapat bulu tua
licin di kedua permukaannnya sedangkan pada daun muda bagian bawahnya terdapat
bulu halus (Muchtar, 1988). Pertumbuhan tanaman teh bergantung pada faktor
genetik dan lingkungan. Faktor genetik yang baik dapat diperoleh dengan memilih
bahan tanama dari klon - klon anjuran hasil pemuliaan tanaman Pusat Penelitian
Teh dan Kina (PPTK) Gambung yang berdaya hasil tinggi dan tahan penyakit,
seperti klon seri Gambung (GMB) 1 sampai dengan GMB 11.
Di indonesia tanaman teh Camellia
sinensis banyak ditemukan didataran ditinggi seperti di Jawa Barat
(Bogor,Sukabumi, dan Garut), Jawa Tengah (Pegunungan Dieng, Wonosobo,Temanggung
Dan Pekalongan), Sumatra Utara (Pematang Siantar), Sumatra Barat, dan Beberapa
Tempat di Sulawesi.
Pebanyakan tanaman teh umumnya dengan
cara vegetatif ( setek ) dan generatif ( biji ). Masing – masing perbanyakan
tersebut memiliki keungulan dan kekurangan, pada tanaman yang diperbanyak
dengan biji memang memiliki daya adaptasi lebih baik dibandingkan dengan bibit
asal setek, pada perbanyakan dengan biji perakaran tanaman memang lebih baik
dan kuat dibandingkan dengan perbayakan dengan setek, dan umumnya tanaman yang
diperbanyak dengan biji umurnya lebih
lama dibanding dengan perbanyakan biji, namun pada perbanyakan setek tanaman
lebih cepat menghasilkan dan sifat akan sama dengan indukannya.
2.1. Syarat
Tumbuh
Jenis
tanah yang paling sesuai untuk pertanaman teh adalah Andisol, sedangkan Ultisol
dan Entisol tingkat kesesuaiannya lebih bersyarat. Kemasaman tanah yang cocok
adalah pada kisaran pH 4,5 – 5,6. Ketinggian tempat dimana tanaman teh dapat
tumbuh optimal adalah 700 – 1200 m dpl. Ketinggian tempat akan menentukan
temperatur. Temperatur optimum untuk tanaman teh berkisar antara 13 – 25 oC.
Unsur iklim yang juga sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman teh adalah curah
hujan. Curah hujan ratarata yang optimal bagi pertumbuhan teh adalah 2500 –
3500 mm/tahun (Tim Penulis PS, 1993).
2.2. Klon GMB7.
Klon : GMB 7
Asa : Persilangan Mal 2 X PS 1
Ketahanan terhadap Hama dan Penyakit : Tahan terhadap Tungau Agak tahan terhadap Cacar daun
Adaptasi terhadap Lingkungan : Dataran rendah, sedang sampai tinggi
Pemanfaatan : Teh hitam, teh hijau
Nomor Keputusan Menteri Pertanian : 684.a/Kpts-IX/1998
Asa : Persilangan Mal 2 X PS 1
Ketahanan terhadap Hama dan Penyakit : Tahan terhadap Tungau Agak tahan terhadap Cacar daun
Adaptasi terhadap Lingkungan : Dataran rendah, sedang sampai tinggi
Pemanfaatan : Teh hitam, teh hijau
Nomor Keputusan Menteri Pertanian : 684.a/Kpts-IX/1998
Klon tipe gabung
(GMB) 7 adalah dari golongan asamica dana saat ini tengah menjadi primadona
penggunaan bibit tanaman teh. Penggunaan bibit ini mampu menaikkan
produktivitas bibit dengan cepat dan memiliki sistem yang tahan erosi dan
longsor. Menurut Ketua
Gapperindo Sulawesi Selatan Sulaiman Husain dari data yang diperoleh dari
Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI
dengan pengembangan bibit teh ini,yang memiliki sifat-sifat hampir sama dengan
klon sebelumnya yang membedakan adalah memiliki potensi hasil lebih tinggi
hingga mencapai 5.800 kg/ha/Tahun .Klon
yang mempunyai ketahanan kekeringan tahan terhadap penyakit cacar
digunakan di dataran rendah,Sedang dan tinggi.
2.3.Jerami
Jerami adalah
hasil
samping usaha pertanian berupa tangkai dan batang
tanaman serealia yang
telah kering, setelah biji-bijiannya dipisahkan. Massa jerami kurang lebih
setara dengan massa biji-bijian yang dipanen. Jerami memiliki banyak fungsi, di
antaranya sebagai bahan bakar,
pakan ternak, alas atau
lantai kandang,
pengemas bahan pertanian (misal telur), bahan bangunan (atap,
dinding, lantai), mulsa, dan kerajinan
tangan. Jerami umumnya dikumpulkan dalam bentuk
gulungan, diikat, maupun ditekan. Mesin baler dapat membentuk jerami menjadi gulungan maupun kotak.
Manfaat kompos jerami tida khanya dilihat dari sisi kandungan hara saja.Kompos
juga memiliki kandungan C-organik yang tinggi. Penambahan kompos jerami akan menambah
kandungan bahan organik tanah. Pemakaian kompos jerami yang konsisten dalam
jangka panjang akan dapat menaikkan kandungan bahan organik tanah,
mengembalikan kesuburan tanah, dan memperbaiki struktur tanah yang rusak.Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesuburan tanah karena memiliki
beberapa peranan kunci di tanah. Peranan-peranan kunci bahan organik tanah dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu:
1). FungsiBiologi:
a) Menyediakan makanan dan tempat hidup (habitat) untuko rganisme tanah,
termasuk mikroba tanah yang berperan dalam penyerapan dan penyediaan hara,
b) Menyediakan energi untuk proses biologi tanah,
c) Memberikan kontribusi pada daya pulih (resiliansi) tanah.
2). FungsiKimia:
a) Merupakan ukuran kapasitas retensi hara tanah,
b) Penting untuk daya pulih tanah akibat perubahan pH tanah,
c) Menyimpan cadangan hara penting, khususnya N dan K.
3). FungsiFisika:
a) Mengikat partikel-partikel tanah menjadi lebih remah untuk meningkatkan stabilitas
struktur tanah,
b) Meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air,
c) perubahahan moderate terhadapsuhutanah.
Fungsi-fungsi bahan organik tanah inisalingberkaitansatudengan yang lain. Sebagaicontohbahanorganiktanahmenyediakannutrisiuntukaktivitasmikroba
yang jugadapatmeningkatkandekomposisibahanorganik,
meningkatkanstabilitasagregattanah, dan meningkatkan daya pulihtanah.
2.4. Kompos
Sebagai Sumber Bahan Organik
Kompos
adalah bahan-bahan organik (sampah organik) yang telah mengalami proses
pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganismee yang bekerja di
dalamnya.Pupuk organik yang berada dalam tanah berasal dari penguraian
sisa-sisa tanaman dan hewan. Bahan organik sangat bermanfaat sebagai sumber
energi untuk pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme tanah, serta sangat
penting dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Bahan organik
tanah juga menyebabkan terjadinya aktivitas berbagai mikroorganisme tanah baik
yang bersifat menguntungkan maupun yang merugikan bagi pertumbuhan tanaman.
Kandungan bahan organik tanah dapat berkurang apabila terdapat bagian tanaman
yang tidak dikembalikan ke dalam tanah misalnya pada saat panen.
Rendahnya
kadar bahan organik tanah dapat menurunkan produktivitas tanah. 9 Laegreid,
Bockman, Kaarstad (1999) menjelaskan bahwa bahan organik produktivitas tanah
melalui beberapa mekanisme yaitu :
a)
Menyediakan
unsur hara hasil dekomposisi dan berfungsi sebagai sumber energi bagi organisme
tanah.
b)
Meningkatkan
KTK tanah sehingga meningkatkan retensi hara dari pencucian (leaching).
c)
Membangun
struktur tanah yang mampu meningkatkan infiltrasi air dan efisiensi penggunaan
air.
d)
Menyangga
(buffer) tanah dari perubahan pH yang cepat. Bahan organik dapat diberikan
pada tanaman teh dalam bentuk segar atau sudah matang yang disebut kompos atau
kompos bioaktif. kompos adalah bentuk akhir proses fermentasi dari suatu
tumpukan limbah. ataupun serasah tanaman, sedangkan istilah kompos bioaktif
diberikan untuk bahan organik matang hasil proses fermentasi yang dipercepat
dengan bantuan aktivator mikroorganisme. Perbedaan diantara keduanya adalah
jenis reaksi yang terjadi yaitu reaksi yang bersifat aerob (fermentasi) pada
kompos bioaktif, sedangkan pada pengomposan adalah reaksi anaerob (pembusukan).
Hal ini juga menyebabkan perbedaan pada hasilnya, yaitu kompos bioaktif tidak
berbau sedangkan kompos akan mengeluarkan bau busuk.
(
Menurut Sutedjo, 1999)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Tempat
dan waktu
Penelitian
ini dilakukan di lahan PTP NUSANTARA VIII di Cikembang, kabupaten Bandung. pada
ketinggian tempat kurang lebih 1200 m
diatas permukaan laut. Pada bulan Juni sampai dengan September 2016.
3.2.Bahan
dan Alat
Bahan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih setek Teh. Polibag ukuran 20 x
30 cm. Tanah top soil ultisol. Pupuk jerami dan Pupuk urea. Insektisida
curacon. Fungisida dithane M 45, bambu sebagai tiang naungan dan daun nipah
sebagai atap naungan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul,
gembor, parang, handsprayer, meteran, timbangan analitik, oven, gunting,
cutter, dan alat tulis.
3.3.
Metode Penelitian
Adapun
rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok
(RAK). Nonfaktorial perlakuan yaitu: 1. pupuk jerami, Faktor pupuk jerami akan
kita bagi 4 taraf.O0 = 10 gr jerami/polibag, O1 = 20 gr
jerami /polibag, O2 = 30 gr jerami /polibag, O3 = 40 gr
jerami /polibag.
Maka
dengan ini perbandingan kita menggunakan 4 perlakuan dengan media pada polibag O0
( 1 polibag diberi 10 gr pupuk jerami ), O1(1 polibag diberi 20 gr
pupuk jerami ), O2 (1 polibag diberi 30 gr pupuk jerami ),
O3(1 polibag diberi 40
gr pupuk jerami ).
Media
|
Ulangan
perlakuan
|
TOTAL
|
Rata-Rata
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
O0
|
O01
|
O02
|
O03
|
O04
|
||
O1
|
O11
|
O12
|
O13
|
O14
|
||
O2
|
O21
|
O22
|
O23
|
O24
|
||
O3
|
O31
|
O32
|
O33
|
O34
|
||
TOTAL
|
Terdapat 4
perlakuan yang diulang 4 kali menghasilkan 4 x 4 = 16 satuan percobaan. Total
jumlah tanaman yang digunakan dalam percobaan ini adalah 16 tanaman teh klon
GMB 7. Parameter yang digunakan dalam pengamantan adalah pengamatan tinggi
batang, diameter batang , dan jumlah
daun.
Kajian
ini menggunakan 4 kali ulangan dalam 16 plot penelitian dengan ukuran plot 20 x
30 cm. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis of varian
(ANOVA) dan untuk faktor perlakuan yang nyata akan dilakukan uji lanjut DMRT
(Duncan’s Multiples Range Test)
3.4.Pelaksanaan
percobaan
1)
Lahan
percobaan di bersihkan dari gulma dan kotoran – kotoran yang dapat menimbulkan
penyakit dan inang bagi hama.
2)
Buat
plot sebagai tempat peletakan polybag jarak dalam kelompok yaitu 20 cm dan jarak
antar barisan kelompok yaitu 40 cm. Dalam setiap plot akan terisikan 3 buah
polybag yang masing – masing polybag terisikan 1 bibit stek teh.
jarak antar barisan kelompok 12 cm
|
jarak dalam barisan kelompok 8 cm
|
3)
Media
Tanam
Media tanam yang digunakan yaitu Tanah :
Kompos, dan kita akan memberikan 4 perlakuan pada percobaan tersebut dengan
memberikan kompos pada polibag 10 gr/polibag, 20 gr/polibag, 30 gr/polibag, 40
gr/polibag.
4)
Penyiraman
Penyiraman dilakukan dilakukan pada awal
peletakan bibit saja dibedengan, karna bibit dilakukan penyungkupan.
5)
Parameter
Pengamatan
a.
Tinggi
tunas (cm), diukur dari ketiak daun indung setek sampai ujung titik tumbuh
tanaman tertinggi. Pengukuran menggunakan alat berupa mistar dabn dilakukan
pada 4 minggu setelah perlakuan (msp), 8 msp, dan 12 msp.
b.
Diameter
batang (mm), diukur pada ketinggian 2 cm dari permukaan tanah. Pengamatan
menggunakan jangka sorong dan dilakuakn pada saat 4 msp, 8 msp, dan 12 msp.
c.
Jumlah
daun (helai), dihitung jumlah daun yang sudah membuka penuh. Pengamatan
dilakukan pada saat 4 msp, 8 msp, dan 12 msp.
6)
Pengumpulan
data
7)
Jadwal
pelaksanaan
a.
Mingggu
pertama 01/06/2016. pembuatan tempat yang bibit di dalam polibag dan naungan
pada media pembibitan.
b.
Minggu
ke dua 08/06/2016. menyiapkan bibit setek hingga sudah di tanam dan disungkup
plastik.
c.
Minggu
ke tiga 15/06/2016. biarkan bibit untuk tumbuh dan jangan dibuka sungkupnya
dahulu.
d.
Minggu
ke empat 21/06/2016. sudah dilakuakan pengamatan dari Tinggi tunas (cm),
Diameter batang (mm), dan Jumlah daun (helai).
e.
Dilakukan pengamatan lagi pada minggu ke delapan
12/07/2016dan ke dua belas 09/07/2014. Dengan parameter yang sama.
Daftar Pustaka
Aslan, Laode. M.
1991. Budidaya Rumput Laut. Kanisius . Yogyakarta
Nontji.
1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta
Nybakken.
1992. Biologi laut: suatu pendekatan ekologis. PT. Gramedia Pustaka.
Jakarta
Rohmimotarto,
Juwana. 1999. Biologi laut. PPP Ose-LIPI. Jakarta
Soediarto.
1990. Budidaya Rumput laut. Djambatan. Jakarta