Selasa, 08 April 2014

Tugas Rancob (Rancangan Percobaan)

logo-poltek-warna-ynd.jpg

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH MEDIA PEMBIBITAN  PUPUK KOMPOS JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SETEK TEH (Camellia sinensis )
KLON GAMBUNG 7


 















Disusun Oleh :
BAYU PURNAMA
( 12.05.0074 )
HERMAWAN
( 12.05.0088 )
IRFAN FIRMANSYAH
( 12.05.0090)

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
DIPLOMA IV
POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA
2014







BAB I
1.1.PENDAHULUAN

Tanaman teh merupakan tumbuhan berdaun hijau yang termasuk dalam keluarga Camellia yang berasal dari cina,tibet, dan india bagian utara.Perbanyakan tanaman teh dapat dilakuakan secara generatif melalui biji/benih dan secara vegetatif. Benih diambil dari kebun benih. Benih yang baik tidak terserang kepik biji dan berukuran besar. Selain dengan benih, tanan teh juga dapat diperbanyak dengan setek. Perbanyakan tanaman mengunakan stek merupakan suatu terobosan pengadaan bibit tanaman teh yang saat ini sangat baik dalam perkembangannya sehinga kita menginginkan suatu hasil yang cepat dan baik.
Jerami yaitu batang padi yang bisas kita manfaatkan untuk bahan baku kompos yang dimana kita bisa kita manfaatkan dalam pembibitan stek ini. Jerami yang selama ini hanya dibakar saja oleh petani menyimpan potensi besar sebagai pupuk organik. Jerami padi diolah menjadi kompos dengan cara yang mudah dan murah. Kandungan hara dalam kompos jerami cukup besar dan bisa memenuhi kurang lebih setengah dari kebutuhan pupuk petani. Kompos jerami memiliki potensi hara dan nilai ekonomi yang sangat besar.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI) tahun 2007. kandungan hara kompos jerami adalah sebagai berikut:komposRasio C/N18.88, C- organik 35.11%, N 1.86%, P2O5 0.21%, K2O5.35%, Kadar air 55%. Dari data analisa, kompos jerami memiliki kandungan hara setara dengan 41,3 kg Urea, 5.8 kg SP36, dan 89,17 kg KCl per ton kompos atau total 136,27 kg NPK per ton kompos kering menurut Kim dan Dale (2004)potensi jerami kurang lebih adalah 1,4 kali dari hasil panennya. Jadi kalau panennya  (GKG) sekitar 6 ton per ha, jeraminya tinggal dikali dengan 1,4 yaitu 8,4 ton jerami per ha. Jika jerami ini dibuat kompos dan rendemen komposnya adalah 60%, maka dalam satu ha sawah dapat dihasilkan 5,04 ton kompos jerami padi. Berarti dalam satu ha sawah akan menghasilkan 208,15 kg urea, 29,23 kg SP36, 449,42 KCl atau total 686,80 NPK dari kompos jerami padinya.
Jumlah hara ini kurang lebih dapat memenuhi lebih dari setengah kebutuhan pupuk kimia petani. Di tingkat nasional, potensi nilai hara dari kompos jerami adalah setara dengan 1,09 juta ton Urea, 0,15 juta ton SP36, dan 2,35 juta ton KCl atau total 3,6 juta ton NPK. Jumlah ini kurang lebih 45% dari konsumsi pupuk nasional yang mencapai 7,9 juta ton pada tahun 2007, ( APPI, 2009 ).









1.3.RUMUSAN MASALAH

a.       Melihat pengaruh pemberian pupuk jerami yang diberikan terhadap pertumbuhan tanaman?
b.      Efektifitas pengaruh media pada pertumbuhan tanaman?
c.       Perkembangan hama dan penyakit pada tanaman?

1.4.TUJUAN DAN MANFAAT

a.       Dapat mengurangi biaya pemupukan.
b.      Mengurangi penggunaan pupuk kimia terhadap pembibitan setek Teh.
c.       Mengurangi pencemaran lingkungan terhadap penggunaan pupuk – pupuk kimia
d.      Mengurangi dampak serangan penyakit dan hama pada pembibitan tersebut.
e.       Memperbaiki sifat fisik dan kimia  tanah

1.2.HIPOTESIS

Pupuk jerami yang diberikan akan berpengaruh terhadap penambahan bahan organik dan pertumbuhan tanaman..



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman teh tergolong tanaman perdu, karena mengalami pemangkasan yang teratur maka tanaman teh hasil budidaya mempunyai percabangan yang banyak dan melebar. Apabila dibiarkan tumbuh tanpa pemangkasan. Tanaman teh dapat tumbuh mencapai tinggi 10-15 m pada varitas assamica dan 3-6 m pada varritas sinensis.
Sistem perakaran teh adalah akar tunggang. Pada tanaman teh yang diperbanyak melalui stek, akar tunggang tidak tumbuh tetapi yang tumbuh adalah akar serabut. Selain berfungsi sebagai penyerap air dan hara, akar tanaman teh juga berfungsi sebagai organ penyimpan cadangan makanan yang besar manfaatnya terutama setelah tanaman dipangkas. Perkembangan akar serabut teh dapat mencapai kedalaman 40 cm pada tanaman dewasa, tetapi perkembangan paling aktif da banyak adalah mulai permukaan tanah sampai kedalaman 10 cm.
Daun teh merupakan daun tunggal. Helai daun berbentuk lanset dengan ujung meruncing dan bertulang menyirip. Tepi daun lancip atau bergerigi. Daun tua licin di kedua permukaannya sedangkan pada daun muda bagian bawahnya terdapat bulu tua licin di kedua permukaannnya sedangkan pada daun muda bagian bawahnya terdapat bulu halus (Muchtar, 1988). Pertumbuhan tanaman teh bergantung pada faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik yang baik dapat diperoleh dengan memilih bahan tanama dari klon - klon anjuran hasil pemuliaan tanaman Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung yang berdaya hasil tinggi dan tahan penyakit, seperti klon seri Gambung (GMB) 1 sampai dengan GMB 11.
Di indonesia tanaman teh  Camellia sinensis banyak ditemukan didataran ditinggi seperti di Jawa Barat (Bogor,Sukabumi, dan Garut), Jawa Tengah (Pegunungan Dieng, Wonosobo,Temanggung Dan Pekalongan), Sumatra Utara (Pematang Siantar), Sumatra Barat, dan Beberapa Tempat di Sulawesi.
Pebanyakan tanaman teh umumnya dengan cara vegetatif ( setek ) dan generatif ( biji ). Masing – masing perbanyakan tersebut memiliki keungulan dan kekurangan, pada tanaman yang diperbanyak dengan biji memang memiliki daya adaptasi lebih baik dibandingkan dengan bibit asal setek, pada perbanyakan dengan biji perakaran tanaman memang lebih baik dan kuat dibandingkan dengan perbayakan dengan setek, dan umumnya tanaman yang diperbanyak dengan biji  umurnya lebih lama dibanding dengan perbanyakan biji, namun pada perbanyakan setek tanaman lebih cepat menghasilkan dan sifat akan sama dengan indukannya.

2.1. Syarat Tumbuh
Jenis tanah yang paling sesuai untuk pertanaman teh adalah Andisol, sedangkan Ultisol dan Entisol tingkat kesesuaiannya lebih bersyarat. Kemasaman tanah yang cocok adalah pada kisaran pH 4,5 – 5,6. Ketinggian tempat dimana tanaman teh dapat tumbuh optimal adalah 700 – 1200 m dpl. Ketinggian tempat akan menentukan temperatur. Temperatur optimum untuk tanaman teh berkisar antara 13 – 25 oC. Unsur iklim yang juga sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman teh adalah curah hujan. Curah hujan ratarata yang optimal bagi pertumbuhan teh adalah 2500 – 3500 mm/tahun (Tim Penulis PS, 1993).


2.2. Klon GMB7.
Klon                                                           : GMB 7
Asa                                                     
       : Persilangan Mal 2 X PS 1
Ketahanan terhadap Hama dan Penyakit
  : Tahan terhadap Tungau Agak tahan                                                                                terhadap Cacar daun                                                                                    
Adaptasi terhadap Lingkungan                : Dataran rendah, sedang sampai tinggi
Pemanfaatan                                             : Teh hitam, teh hijau
Nomor Keputusan Menteri Pertanian       : 684.a/Kpts-IX/1998
            Klon tipe gabung (GMB) 7 adalah dari golongan asamica dana saat ini tengah menjadi primadona penggunaan bibit tanaman teh. Penggunaan bibit ini mampu menaikkan produktivitas bibit dengan cepat dan memiliki sistem yang tahan erosi dan longsor. Menurut Ketua Gapperindo Sulawesi Selatan Sulaiman Husain dari data yang diperoleh dari Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI dengan pengembangan bibit teh ini,yang memiliki sifat-sifat hampir sama dengan klon sebelumnya yang membedakan adalah memiliki potensi hasil lebih tinggi hingga mencapai  5.800 kg/ha/Tahun .Klon yang mempunyai ketahanan kekeringan tahan terhadap penyakit cacar digunakan di dataran rendah,Sedang dan tinggi.

2.3.Jerami
            Jerami adalah hasil samping usaha pertanian berupa tangkai dan batang tanaman serealia yang telah kering, setelah biji-bijiannya dipisahkan. Massa jerami kurang lebih setara dengan massa biji-bijian yang dipanen. Jerami memiliki banyak fungsi, di antaranya sebagai bahan bakar, pakan ternak, alas atau lantai kandang, pengemas bahan pertanian (misal telur), bahan bangunan (atap, dinding, lantai), mulsa, dan kerajinan tangan. Jerami umumnya dikumpulkan dalam bentuk gulungan, diikat, maupun ditekan. Mesin baler dapat membentuk jerami menjadi gulungan maupun kotak.
Manfaat kompos jerami tida khanya dilihat dari sisi kandungan hara saja.Kompos juga memiliki kandungan C-organik yang tinggi. Penambahan kompos jerami akan menambah kandungan bahan organik tanah. Pemakaian kompos jerami yang konsisten dalam jangka panjang akan dapat menaikkan kandungan bahan organik tanah, mengembalikan kesuburan tanah, dan memperbaiki struktur tanah yang rusak.Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesuburan tanah karena memiliki beberapa peranan kunci di tanah. Peranan-peranan kunci bahan organik tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu:
1). FungsiBiologi:
a)      Menyediakan makanan dan tempat hidup (habitat) untuko rganisme tanah, termasuk mikroba tanah yang berperan dalam penyerapan dan penyediaan hara,
b)      Menyediakan energi untuk proses biologi tanah,
c)      Memberikan kontribusi pada daya pulih (resiliansi) tanah.





2). FungsiKimia:
a)      Merupakan ukuran kapasitas retensi hara tanah,
b)      Penting untuk daya pulih tanah akibat perubahan pH tanah,
c)      Menyimpan cadangan hara penting, khususnya N dan K.
3). FungsiFisika:
a)      Mengikat partikel-partikel tanah menjadi lebih remah untuk meningkatkan stabilitas struktur tanah,
b)      Meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air,
c)      perubahahan moderate terhadapsuhutanah.
Fungsi-fungsi bahan organik tanah inisalingberkaitansatudengan yang lain. Sebagaicontohbahanorganiktanahmenyediakannutrisiuntukaktivitasmikroba yang jugadapatmeningkatkandekomposisibahanorganik, meningkatkanstabilitasagregattanah, dan meningkatkan daya pulihtanah.

2.4. Kompos Sebagai Sumber Bahan Organik

Kompos adalah bahan-bahan organik (sampah organik) yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganismee yang bekerja di dalamnya.Pupuk organik yang berada dalam tanah berasal dari penguraian sisa-sisa tanaman dan hewan. Bahan organik sangat bermanfaat sebagai sumber energi untuk pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme tanah, serta sangat penting dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Bahan organik tanah juga menyebabkan terjadinya aktivitas berbagai mikroorganisme tanah baik yang bersifat menguntungkan maupun yang merugikan bagi pertumbuhan tanaman. Kandungan bahan organik tanah dapat berkurang apabila terdapat bagian tanaman yang tidak dikembalikan ke dalam tanah misalnya pada saat panen.
Rendahnya kadar bahan organik tanah dapat menurunkan produktivitas tanah. 9 Laegreid, Bockman, Kaarstad (1999) menjelaskan bahwa bahan organik produktivitas tanah melalui beberapa mekanisme yaitu :
a)      Menyediakan unsur hara hasil dekomposisi dan berfungsi sebagai sumber energi bagi organisme tanah.
b)      Meningkatkan KTK tanah sehingga meningkatkan retensi hara dari pencucian (leaching).
c)      Membangun struktur tanah yang mampu meningkatkan infiltrasi air dan efisiensi penggunaan air.
d)     Menyangga (buffer) tanah dari perubahan pH yang cepat. Bahan organik dapat diberikan pada tanaman teh dalam bentuk segar atau sudah matang yang disebut kompos atau kompos bioaktif. kompos adalah bentuk akhir proses fermentasi dari suatu tumpukan limbah. ataupun serasah tanaman, sedangkan istilah kompos bioaktif diberikan untuk bahan organik matang hasil proses fermentasi yang dipercepat dengan bantuan aktivator mikroorganisme. Perbedaan diantara keduanya adalah jenis reaksi yang terjadi yaitu reaksi yang bersifat aerob (fermentasi) pada kompos bioaktif, sedangkan pada pengomposan adalah reaksi anaerob (pembusukan). Hal ini juga menyebabkan perbedaan pada hasilnya, yaitu kompos bioaktif tidak berbau sedangkan kompos akan mengeluarkan bau busuk.
( Menurut Sutedjo, 1999)


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Tempat dan waktu
Penelitian ini dilakukan di lahan PTP NUSANTARA VIII di Cikembang, kabupaten Bandung. pada ketinggian tempat kurang lebih  1200 m diatas permukaan laut. Pada bulan Juni sampai dengan September 2016.
3.2.Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih setek Teh. Polibag ukuran 20 x 30 cm. Tanah top soil ultisol. Pupuk jerami dan Pupuk urea. Insektisida curacon. Fungisida dithane M 45, bambu sebagai tiang naungan dan daun nipah sebagai atap naungan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, parang, handsprayer, meteran, timbangan analitik, oven, gunting, cutter, dan alat tulis.

3.3. Metode Penelitian

Adapun rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Nonfaktorial perlakuan yaitu: 1. pupuk jerami, Faktor pupuk jerami akan kita bagi 4 taraf.O0 = 10 gr jerami/polibag, O1 = 20 gr jerami /polibag, O2 = 30 gr jerami /polibag, O3 = 40 gr jerami /polibag.
Maka dengan ini perbandingan kita menggunakan 4 perlakuan dengan media pada polibag O0 ( 1 polibag diberi 10 gr pupuk jerami ), O1(1 polibag diberi 20 gr pupuk jerami ), O2 (1 polibag diberi 30 gr pupuk jerami ), O3(1 polibag diberi  40 gr pupuk jerami ).

Media
Ulangan perlakuan
TOTAL
Rata-Rata
1
2
3
4
O0
O01
O02
O03
O04


O1
O11
O12
O13
O14


O2
O21
O22
O23
O24


O3
O31
O32
O33
O34


TOTAL







Terdapat 4 perlakuan yang diulang 4 kali menghasilkan 4 x 4 = 16 satuan percobaan. Total jumlah tanaman yang digunakan dalam percobaan ini adalah 16 tanaman teh klon GMB 7. Parameter yang digunakan dalam pengamantan adalah pengamatan tinggi batang, diameter batang , dan  jumlah daun.
Kajian ini menggunakan 4 kali ulangan dalam 16 plot penelitian dengan ukuran plot 20 x 30 cm. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis of varian (ANOVA) dan untuk faktor perlakuan yang nyata akan dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan’s Multiples Range Test)



3.4.Pelaksanaan percobaan

1)      Lahan percobaan di bersihkan dari gulma dan kotoran – kotoran yang dapat menimbulkan penyakit dan inang bagi hama.

2)      Buat plot sebagai tempat peletakan polybag jarak dalam kelompok yaitu 20 cm dan jarak antar barisan kelompok yaitu 40 cm. Dalam setiap plot akan terisikan 3 buah polybag yang masing – masing polybag terisikan 1 bibit stek teh.


jarak antar barisan kelompok 12 cm

jarak dalam barisan kelompok 8 cm
 




















3)      Media Tanam
Media tanam yang digunakan yaitu Tanah : Kompos, dan kita akan memberikan 4 perlakuan pada percobaan tersebut dengan memberikan kompos pada polibag 10 gr/polibag, 20 gr/polibag, 30 gr/polibag, 40 gr/polibag.
4)      Penyiraman
Penyiraman dilakukan dilakukan pada awal peletakan bibit saja dibedengan, karna bibit dilakukan penyungkupan.
5)      Parameter Pengamatan
a.       Tinggi tunas (cm), diukur dari ketiak daun indung setek sampai ujung titik tumbuh tanaman tertinggi. Pengukuran menggunakan alat berupa mistar dabn dilakukan pada 4 minggu setelah perlakuan (msp), 8 msp, dan 12 msp.
b.      Diameter batang (mm), diukur pada ketinggian 2 cm dari permukaan tanah. Pengamatan menggunakan jangka sorong dan dilakuakn pada saat 4 msp, 8 msp, dan 12 msp.
c.       Jumlah daun (helai), dihitung jumlah daun yang sudah membuka penuh. Pengamatan dilakukan pada saat 4 msp, 8 msp, dan 12 msp.

6)      Pengumpulan data

Data hasil pengamatan dikumpulkan 4 minggu sekali dan kemudian dianalisisAnalisis Ragam








7)      Jadwal pelaksanaan
a.       Mingggu pertama 01/06/2016. pembuatan tempat yang bibit di dalam polibag dan naungan pada media pembibitan.
b.      Minggu ke dua 08/06/2016. menyiapkan bibit setek hingga sudah di tanam dan disungkup plastik.
c.       Minggu ke tiga 15/06/2016. biarkan bibit untuk tumbuh dan jangan dibuka sungkupnya dahulu.
d.      Minggu ke empat 21/06/2016. sudah dilakuakan pengamatan dari Tinggi tunas (cm), Diameter batang (mm), dan Jumlah daun (helai).
e.       Dilakukan pengamatan lagi pada minggu ke delapan 12/07/2016dan ke dua belas 09/07/2014. Dengan parameter yang sama.



















Daftar Pustaka


Aslan, Laode. M. 1991. Budidaya Rumput Laut. Kanisius . Yogyakarta

Nontji. 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta

Nybakken. 1992. Biologi laut: suatu pendekatan ekologis. PT. Gramedia Pustaka.
Jakarta

Rohmimotarto, Juwana. 1999. Biologi laut. PPP Ose-LIPI. Jakarta

Soediarto. 1990. Budidaya Rumput laut. Djambatan. Jakarta